Gadis ini sering dipanggil Ida dalam pergaulannya dimasyarakat. Wanita kelahiran Tanjung Tabalong, 29 Agustus 1974. Anak kedua dari dua bersaudara terlahir dari pasangan Juhri dan Nurpatiah. Ia berasal dari keluarga PNS lingkup Pemerintah Kabupaten Tabalong namun memiliki hobby sastra terutama puisi. Karya-karyanya pernah dimuat di Antologi jembatan para penyair tiga kota, Kandangan, Tabalong dan Kotabaru yang diterbitkan oleh PT Adi Cita Karya Nusa Jogjakarta tahun 2000.
Kali ini ia menulis karyanya yang sering bernuansa imaginatif dan penuh pesan remaja. Ya, itu karena penyairnya masih lajang, sehingga banyak pengalamannya di dunia remaja.
SUATU MALAM
Lenggang langkah
Beanjak
Menapaki malam
Pelan-pelan
Dan tiba-tiba saja
Langkah itu terhenti
Dikesunyian malam
Yang dingin
Nyala lampu kian redup
Lalu padam
Roda msin itu diam
Tak bergeming
Sei Loban………
Saksi bidu kekhawatiran
Betapa lengang, sunyi, gelap
Dikiri laut, di kanan
Kantung kemihpun penuh berisi
Hanya bunyi jengkrik yang kudengar
Ketika mataku terasa berat menahan kantuk
Percakapan di warungpun kian hambar
Lalu lenyap….
Mendengkur dibuai mimpi
Tapi kenapa
Mataku tak bisa pejam
Dan kidung malam
Masih terus bernyanyi
Menertawakanku
Sendiri
Menanti pagi
Sei Loban ,Tanah Bumbu, 24 April 2005
SEMALAM DI INNA SIMPANG
Mendung menyapa
Saat ku tiba di Bandara
Berbekal tentengan tas
Bergayut di lengan
Mendung tersenyum
Mengantarku dalam rinai
Menuju simpang
Gubernur Suryo
Oh…
Senandung riang
Dari mulut Yanesha
Merdu terasa
Sejuk di dada
Sesuci kata; dan gema doa
Di remang malam
Dari balik jendela
Kutatap langit yang kelam
Setentram hatiku
Dalam dekap kurnia
Ternyata waktu itu
Memang buat kita
Damai itu untuk kita
Sadarkan beban bathin
Sejenak di eternet kamar
Kulihat sebentuk wajah damai
Penghantar lelap tidurku
Inna Simpang……….
Pagi ini telah kutemukan lagi
Mutiaraku yang dulu hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar