Haji Indi , itulah panggilan akrabnya, dari Drs H Jauhari Effendi, MM. Pria dengan suara yang lantang setiap baca puisi ini adalah kesehariannya sebagai Kepala SMAN 3 Tanjung Tabalong. Dilahirkan di Desa Duyun Kecamatan Haruai tepatnya tanggal 6 Oktober 1960 hari kamis siang sekitar pukul 10.00, memiliki hobby baca dan tulis puisi bahkan cerpen yang kesemuanya terbukukan dalam berbagai antologi, juga ada pada buku Jembatan, Duri-duri Tataba, dan Semata Wayang Semata Sayang, dan buku antologi terakhir yang dibukukan oleh Jejaring satra Pahuluan berjudul Ronce Bunga- Bunga Mekar.
Kini ia menjadi kepala sekolah SMAN 3 Tanjung dan kini berbagai even seni ia ikuti. Hobbynya sastra dan musik tradisi. Ia memiliki putra tiga orang yang kini duduk di bangku kuliah anak puteri bernama Amelia Harianti yang pertama dan anak kedua puteri pula bernama Arsyimelati di SMAN I Tanjung, yang terakhir putranya bernama Alwildanielmalikurrahman sekolah di SDN Tanjung 8. Isterinya Hj. Rakhmawati,SPd. yang setia mendampinginya adalah seorang guru SLTP mengajar di SMPN 2 Tanjung.
Dalam kegiatan sehari-hari ia adalah orang yang kreatif. Pak Haji ini aktif di kegiatan pramuka dan kepemudaan. Dalam kumpulan puisi ini ia tidak ketinggalan.
BERSAKSILAH
Ku rasa ringan-ringan saja
Padahal berat juga
Kutimbang gunung yang runtuh ah berat juga
Kubendung air bah yang menggulung menderu berat juga
Ah Ku ringan –ringan saja
Longsor menimbun dusun kampung
Ah ringan-ringan saja
Ombak menyapu nyawa tidak ada penyelesalan
Yang menyesal hanyalah hidup yang tidak hidup
Ah sudahlah sobat
Tiada rupanya juga tobat
Sampai dekap erat
Bersama kepingan harapan yang kian membabat
Gumpalan air dilangit yang tumpah
Ruah membuat pohon dan rumah rebah
Bersama anak dan ibunya mendekap erat
Berucap lirih bahagia “La ila ha ilalla……hh”
Kata apa yang bisa dilontarkan untuk menyatakan kesedihan,
Ucap apa yang dapat di ungkapkan untuk menyatakan kepiluan
Selain kata sedih itu sendiri
Selain kata pedih dan pilu itu sendiri
Dan menjadi bagian dari sedih dan pilu itu sendriri
Tanjung,7 Januari 2006.
ANTARA TANJUNG DAN
Menafikan perbedaan
Menyatukan rasa
Dalam bahasa
Kuputar bola bundar
Kemudian menggulung aspal biru dengan pucuk-pucuk pohon dikiri-kanan seraya perlahan jemari ini memelintir
Bayu lalu melontarkannya ke tengah laut menggiring
Gelombang samudera ke sisi gunung
Bersama kita menggores pantai
Menghempaskan lelah sepanjang nusa ini
Tidakan jera akan
Dera yang menimpa dan menghimpit
Berani hidup ditengah-tengah
Adalah kemenangan dan
Takut hidup ditengah-tengah kematian
Adalah ketakutan yang sebenarnya
Diantara tanjung dan
Adakah akan tumbuh terus kembang
Senyum terbersit
Di setiap relung karang langkahmu.
Tanjung, 7 Januari 2006.
1 komentar:
sangat menarik sekali, terus berkarya
Posting Komentar