Selamat Datang di Kawasan Penyair Tabalong Terima Kasih Kunjungan Anda

Sabtu, 28 Juni 2008

H.Jauhar Effendi ( H.Indi )

Haji Indi , itulah panggilan akrabnya, dari Drs H Jauhari Effendi, MM. Pria dengan suara yang lantang setiap baca puisi ini adalah kesehariannya sebagai Kepala SMAN 3 Tanjung Tabalong. Dilahirkan di Desa Duyun Kecamatan Haruai tepatnya tanggal 6 Oktober 1960 hari kamis siang sekitar pukul 10.00, memiliki hobby baca dan tulis puisi bahkan cerpen yang kesemuanya terbukukan dalam berbagai antologi, juga ada pada buku Jembatan, Duri-duri Tataba, dan Semata Wayang Semata Sayang, dan buku antologi terakhir yang dibukukan oleh Jejaring satra Pahuluan berjudul Ronce Bunga- Bunga Mekar.

Kini ia menjadi kepala sekolah SMAN 3 Tanjung dan kini berbagai even seni ia ikuti. Hobbynya sastra dan musik tradisi. Ia memiliki putra tiga orang yang kini duduk di bangku kuliah anak puteri bernama Amelia Harianti yang pertama dan anak kedua puteri pula bernama Arsyimelati di SMAN I Tanjung, yang terakhir putranya bernama Alwildanielmalikurrahman sekolah di SDN Tanjung 8. Isterinya Hj. Rakhmawati,SPd. yang setia mendampinginya adalah seorang guru SLTP mengajar di SMPN 2 Tanjung.

Dalam kegiatan sehari-hari ia adalah orang yang kreatif. Pak Haji ini aktif di kegiatan pramuka dan kepemudaan. Dalam kumpulan puisi ini ia tidak ketinggalan.

BERSAKSILAH



Ku rasa ringan-ringan saja

Padahal berat juga

Kutimbang gunung yang runtuh ah berat juga

Kubendung air bah yang menggulung menderu berat juga

Ah Ku ringan –ringan saja

Longsor menimbun dusun kampung

Ah ringan-ringan saja

Ombak menyapu nyawa tidak ada penyelesalan

Yang menyesal hanyalah hidup yang tidak hidup

Ah sudahlah sobat

Tiada rupanya juga tobat

Sampai dekap erat

Bersama kepingan harapan yang kian membabat

Gumpalan air dilangit yang tumpah

Ruah membuat pohon dan rumah rebah

Bersama anak dan ibunya mendekap erat

Berucap lirih bahagia “La ila ha ilalla……hh”

Kata apa yang bisa dilontarkan untuk menyatakan kesedihan,

Ucap apa yang dapat di ungkapkan untuk menyatakan kepiluan

Selain kata sedih itu sendiri

Selain kata pedih dan pilu itu sendiri

Dan menjadi bagian dari sedih dan pilu itu sendriri

Tanjung,7 Januari 2006.

ANTARA TANJUNG DAN KOTA BAMEGA

Menafikan perbedaan

Menyatukan rasa

Dalam bahasa

Kuputar bola bundar

Kemudian menggulung aspal biru dengan pucuk-pucuk pohon dikiri-kanan seraya perlahan jemari ini memelintir

Bayu lalu melontarkannya ke tengah laut menggiring

Gelombang samudera ke sisi gunung

Bersama kita menggores pantai

Menghempaskan lelah sepanjang nusa ini

Tidakan jera akan

Dera yang menimpa dan menghimpit

Berani hidup ditengah-tengah padang kehidupan

Adalah kemenangan dan

Takut hidup ditengah-tengah kematian

Adalah ketakutan yang sebenarnya

Diantara tanjung dan kota bamega

Adakah akan tumbuh terus kembang

Senyum terbersit

Di setiap relung karang langkahmu.

Tanjung, 7 Januari 2006.

1 komentar:

Syafaat Ahmad mengatakan...

sangat menarik sekali, terus berkarya